HARNAS.CO.ID – Penggunaan kendaraan listrik yang kian marak di Tanah Air dinilai mampu mengurangi emisi karbon dioksida guna membuat lingkungan lebih bersih. Namun, potensi munculnya limbah dari baterai kendaraan listrik juga perlu diantisipasi melalui daur ulang secara tepat.
“Ada tiga metode daur ulang baterai yaitu hidrometalurgi, pirolisis, dan daur ulang langsung. Kami tidak menggunakan metode pirolisis yang menghasilkan asap hitam,” kata Periset dari Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Evy Kartini dikutip laman resmi BRIN, Senin (14/7/2025).
Dia mengemukakan hal itu saat Periklindo EV Conference 2025 di Jimbaran, Kamis pekan lalu.
Lebih lanjut, Evi menjelaskan, BRIN menggunakan metode daur ulang langsung dengan menggunakan air.
Menurut Evi, baterai jenis Litium Besi Fosfat (LFP) saat ini sedang menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Selain baterai LFP, terdapat baterai NMC atau Nickel Manganese Cobalt. Dia memaparkan, di dalam baterai terdapat baja, krom, dan nikel yang digunakan sebagai bahan katoda. Selain itu, konektor baterai terbuat dari bahan nikel, ataupun aluminium.
“NMC dan LFP memiliki perbedaan keluaran tegangan dan arus. Untuk NMC memiliki tegangan 3,7 volt (V) dengan kapasitas 2500 milliampere per jam (mAH). Sementara itu, LFP memiliki tegangan 3,2 V dan 1800 mAH,” ujar Evy menerangkan.
Berikutnya, ia mengungkapkan, baterai LFP memiliki siklus hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan baterai NMC. Atas dasar itu, pengguna kendaraan listrik perlu mengetahui jenis baterai yang digunakan sebelum membeli mobil listrik.
“Keselamatan baterai merupakan hal yang krusial karena suhu baterai akan meningkat jika digunakan. Selain itu plastik pemisah blok baterai bisa menyebabkan kebocoran yang dapat menimbulkan ancaman,” kata Evy.
Sejauh ini, kata Evy menambahkan, dirinya sudah melakukan beberapa uji coba dengan sistem yang dimiliki.
“Teknologinya tidak terlalu kompleks, kami melakukan perbandingan dengan menggunakan baterai Sumitomo karena mereka menghasilkan sulfat fisik dan hasilnya identik,” kata Evy.










