HARNAS.CO.ID – Pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kertanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (4/10/2025) menimbulkan banyak spekulasi.
Menurut Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, spekulasi bermunculan karena pertemuan selama dua jam itu disebutkan hanya silahturahmi dan membicarakan masalah kebangsaan.
“Dengan informasi sebatas itu, wajar bila muncul banyak tafsir mengenai hal yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut,” kata Jamiluddin, Senin (6/10/2025).
Jamiluddin menilai, pertemuan merupakan inisiatif dari Jokowi. Karena itu, wajar apabila pertemuan tersebut lebih banyak dikaitkan dengan kepentingan Jokowi ketimbang Prabowo. Dia menyebut, salah satu topik yang diduga banyak dibahas Jokowi yakni menyangkut langkah putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2029.
“Bagi Jokowi, paling penting kepentingan Gibran, paling utama, untuk memastikan trahnya tetap eksis dalam perpolitikan nasional,” kata Jamiluddin.
Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini berujar, Jokowi bisa menjelaskan kepada Prabowo mengenai maksudnya meminta relawan untuk mendukung Prabowo-Gibran dua periode. Penjelasan ini bagi Jokowi bisa jadi dinilai penting agar Prabowo tidak salah memahami maksudnya.
“Setidaknya Jokowi tidak ingin permintaannya kepada relawan itu ditafsirkan oleh Prabowo sebagai bentuk tekanan dan paksaan,” kata Jamiluddin.
Melalui pertemuan tatap muka, ucap Jamiludddin, mantan wali kota Solo itu dapat menjelaskan dengan gamblang. Dengan begitu, Jokowi berharap persoalan Prabowo-Gibran dua periode tidak menjadi isu liar yang dapat berdampak pada hubungannya pada Prabowo.
“Jadi, silahturahmi ke Prabowo tampaknya hanya pembuka saja. Jokowi bisa saja ingin bertemu Prabowo untuk meredakan isu tak sedap terkait permintaannya kepada relawan untuk mendukung Prabowo-Gibran dua periode,” kata Jamiluddin menegaskan.
Lebih lanjut, Jamiluddin mengungkapkan, dengan penjelasan langsung itu, Jokowi juga ingin memastikan ke Prabowo bahwa Gibran tidak akan maju menjadi calon presiden (capres) pada 2029.
“Bisa jadi Jokowi ingin meyakinkan bahwa Gibran tetap setia ikut Prabowo sebagai wapres,” ujarnya.
Atas dasar itu, dia meyakini, persoalan lain, tampaknya tidak terlalu penting bagi Jokowi untuk membicarakannya dengan Prabowo.
“Kalau pun pertemuan itu membicarakan para relawannya yang tersingkir dari kabinet Prabowo, itu hanya selintas. Bagi Jokowi, persoalan relawannya bukanlah prioritas. Sebab, bagi Jokowi, keluarganya yang harus aman dalam peta politik nasional,” kata Jamiluddin.
Hal yang sama, ujar dia menambahkan, juga berlaku pada menteri yang dinilai loyalis Jokowi.
“Baginya (Jokowi) menteri loyalisnya diganti bukanlah perkara penting. Lagi-lagi, menteri loyalisnya boleh diganti, namun Gibran harus tetap wapres,” kata ujar Jamiluddin.